Jumat, 10 Mei 2013

Menunggu Pagi

punggung takdir seorang pandir
tergores tajamnya ujung bibir.
menganak kepedihan meneteskan syair
pada detak malam gigil anyir.

sia-sia. kaki menjalar akar
jerat akal, menekuri mimpi hingar.
hampa. kosong berdenyar
sia-sia, nyata slalu buyar.

menunggu pagi,
dan mimpi-mimpi berlesatan mengeksekusi diri.

Puisi Karya @aa_muizz - http://butirbutirhujan.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar