Minggu, 23 Desember 2012

Selamat Malam Mama

Selamat malam mama..
Mungkin mama telah pulas dibuai mimpi atau
Terjaga karena setumpuk pekerjaan yang mama sukai
Anak perempuanmu ini masih saja seperti ini, sibuk dengan dunia sendiri

Selamat malam mama..
Hanya ucapan selamat hari ibu yang sempat ku kirimkan
Lewat pesan singkat seharga seratus dua puluh lima rupiah
Serta sedikit doa besertanya
Taklah berarti dibandingkan kasih sayang mama

Selamat malam mama..
Diusiamu yang lebih setengah abad,
Belumlah bisa kami yang baru meniti keluarga terencana,
Memberi pakaian indah ataupun cucu pertama untuk mama

Selamat malam mama..
Adalah kami yang sebesar ini masih mau merepotkan mama
Mengeluh ini itu tak tahu malu,
Bahkan meminta darimu sesuatu yang kami mau

Selamat malam mama..
Mama yang tak pernah sekalipun berkata kasar apalagi marah pada anak-anakmu
Mama yang selalu sabar melayani kami semua
Membuatkan kreasi makanan ketika kami mogok makan
Menghaluskan butiran obat yang diberi gula ketika kami demam
Ataupun menjahitkan baju dari perca agar kami juga punya pakaian baru

Selamat malam mama..
Seringkali aku yang telah tumbuh besar ini belum dewasa berkata-kata,
Bermanja-manja dalam bersikap,
Melakukan semuanya semauku

Selamat malam mama..
Seumur hidupku tak pernah ku dengar engkau berteriak marah
Malah aku yang terlalu banyak membuat kecewa
Hingga tanpa ku tahu, mungkin mama berurai air mata

Tidaklah lagi, ma..
Itu yang terakhir air mata kecewa mama karena kami.
Maafkanlah, maafkanlah kekanakan kami
Yang belum pernah merasa pahitnya menjadi orang tua ataupun
Luar biasa bahagia dipanggil ‘Mama’

Selamat malam mama..
Selamat hari ibu untuk mama
Setiap harinya..

Puisi Karya @ara_damiril - http://apura.wordpress.com

Sabtu, 22 Desember 2012

Ibuku Sayang

Inilah yang aku sebut sebagai kasih. Ketika tangan ibu yang penyayang menolak terentang. Bahkan ia cepat-cepat berangkat ke pasar di hari aku meninggalkan rumah untuk melanglang. Selalu ada alasan bagi ibu untuk menghilang sebelum pesawatku terbang. Ya, ibu menolak memperlihatkan airmata saat aku berangkat ke pulau seberang.

Bukan hal mudah untuk memahami tindakan ibu yang begitu. Yang seperti baik-baik saja melihat anak-anaknya pergi meninggalkan rumah satu-satu. Anak-anaknya yang selalu berjanji untuk pulang setiap minggu, meski belum tentu. Aku kerap mendapati rindu terserak di mana-mana, di setiap kata dan cerita yang canda tawanya beku seperti batu. Di mataku, ibu selalu sama, tak pernah pandai berdamai dengan rindu, jarak serta waktu.

Untungnya kasih ibu sepanjang jalan, meski kasihku masih sepanjang galah. Ibu tak menjadikan itu sebagai masalah. Kata ayah, senyum ibu rekah. Ketika kartu pos dari kami, anak-anaknya, sampai ke rumah. Ayah meminta ibu berjanji, untuk memeliharanya –senyum yang rekah— hingga pesawat kami menjejak tanah. Dan ketika saat itu tiba, tangan ibuku yang penyayang, yang dulunya menolak terentang, akan menyambut kami dengan hangat dan ramah.

Ya, kan, Bu?

Mother loves me. Vice Versa ~ ManDewi

–Semarang, 201212-

Puisi Karya @ManDewi -http://takhanyacinta.wordpress.com

Tiga Perihal yang Tak Sempat Kusampaikan

/1/

Engkau adalah mukadimah dari segenap restu-restu Tuhan, terjatuh dan dijatuhkan di telapak tanganku. Tangan yang dulu pernah malu-malu memelukmu. Aku ingat, di suatu malam tanganku pernah ingin mampir menggenggam tanganmu saat kau terlelap. Merasakan kapalan-kapalan di kulit tanganmu, dan mengapalkan semua kenangan tentang dongeng masa kecil ke laut mimpiku.

Kau sudah lama tak mendongengkanku. Sadarkah kau, hampir sewindu pelaut ulung itu berlayar? Dan kau tak jua membawanya pulang. Sementara aku menunggu, menunggunya kembali. Kau tak sekalipun menuntaskan kisahnya. Matikah ia tergulung ombak, ataukah ia terdampar di sebuah pulau dan memutuskan jadi tukang kayu? Entahlah, sekarang aku mencoba untuk tak mempedulikannya lagi. Dan sekarang biarkanlah aku mengajakmu berlayar meninggalkan dongeng-dongeng yang tak kau tuntaskan itu.

/2/

Engkau adalah mata air bagi seluruh kebaikan di muka bumi. Dan jemarimu, aku masih mengenalinya sebagai anak sungai, tempat di mana bunga-bunga bakung tumbuh juga capung-capung kecil menari tanpa canggung. Juga tempatku melarung segenap kebencian yang pernah diwariskan pelaut ulung.

Di sepertiga malam, aku pernah diam-diam mengintipmu. Dan melihat mata air itu mengalir lebih deras, keluar dari matamu, dari ucapmu, dari telapak-telapak tanganmu yang tengadah. Namaku juga nama seorang lainnya kau jaring dengan doa seperti ikan kecil di dalam telaga.

/3/

Engkau adalah induk dari segenap kebahagiaan, dan senyumanmu adalah semujarab-mujarabnya doa dalam menyembuhkan. Tahukah kau, ada yang jauh lebih perih dari tikaman pisau-pisau kesedihan yang ditancapkan ke dasar dadaku? Airmatamu yang jatuh bukan karena bahagiaku, airmatamu yang sia-sia terjatuh padahal musim belum kemarau. Aku pernah ingin sekali menjadi selembar tisu yang kau pakai untuk menghapus sedihmu, yang kemudian kau remas, dan kau buang ke tempat sampah. Aku ingin merasakan asinnya kesedihanmu, merasakan sakitnya remasanmu, merasakan diabaikan olehmu, merasakan jadi pelaut ulung yang tak kau bawa pulang itu.

Tersenyumlah lagi. Senyummu menyembuhkan kita.

Puisi Karya @acturindra - http://senjasorepetang.wordpress.com

Kamis, 20 Desember 2012

3 Soneta Tentang Iman, Cinta dan Pengorbanan

Sonet 1: Arius

Suatu petang di Nicaea akan tetap kita kenang
bahwa keinginan manusia telah merubah dunia.
Dan pemahaman iman bisa saja hilang
tergerus akal dan peradaban manusia.

Burung-burung berpulang, menembus senja
dengan riang. Di sisi bukit, segagang petunia biru
baru saja mekar. Sejenak melupakan peperangan kata
mendinginkannya seperti nyala putih salju.

Tapi keputusan telah ditetapkan.
Dan harapan telah digantungkan setinggi bubungan Yeremia.
Seorang Presbiter menyeka keringat yang melelahkan:
“Tuhan, di manakah Engkau? Aku membutuhkan mata.”

Iman itu, Arius, barangkali intrusi.
Yang dirembeskan Tuhan ke dalam geletar nadi.


Sonet 2: Narcissus

Di taman itu, Ekho telah mengamatimu dalam-dalam.
Namun engkau memilih diam, sebab apa yang dibutuhkan
dari seorang wanita, jika mereka telah menyerahkan malam
kepada senyummu dan hangat pelukan?

Barangkali ketampanan adalah kutukan
yang menyebabkan seseorang menjadi lupa
bahwa ia adalah manusia ciptaan
yang kapan saja bisa menjadi tiada.

Seorang wanita tadi, adalah putri Nemesis
ia memohon agar cinta harus menjadi hukuman
bagi Pemuda di taman yang berwajah manis
namun menolak cintanya tanpa alasan.

“Bercerminlah, Narcissus, di dalamnya
akan kau temukan cinta sejati selamanya.”

Sonet 3: Ikarus

Dunia ini adalah sebatas yang ada dalam pikiran
dan masa depan hanyalah sebuah tebakan takdir.
Angkasa itu, Daedalus, adalah sebuah jalan
bagimu keluar dari orang-orang pandir.

Di sebuah labirin yang dijaga Minotaurus,
seorang ksatria terkurung, menunggu harapan:
seorang pejuang Athena jenius
dan mempunyai tekad setinggi gemintang.

Kau mulai menyiapkan sayap. Katamu, langit
adalah petualangan bagi manusia berpengetahuan.
Anakmu mengangguk, di matanya terbayang perjalanan sengit
dan jalan untuk keluar dari dunia yang membosankan.

Sejengkal lagi, Ikarus, sayapmu menyentuh Matahari.
Barangkali kau memilih kebadian dengan jalan mati.

Kalibata, 2012

Puisi Karya @kolasecerita - http://ampaiankata.wordpress.com

Sonnet: The Humming Bird

Humming bird, humming bird
Flying drowning in a morning
Waving the wings and singing
Spread the seed and feel weird

Why are the flowers stop blooming?
And the river loves to sit down
Did the stone make them fall down?
The bird keep asking, when the storm is begining…

Rain and thunder are making love
Birth the lighting bolts as the children
The flood comes quickly with the garbage

Poor humming bird needs to drink
Some honey from the blue pink
But the flowers ready to sink

Puisi Karya @ara_damiril - http://apura.wordpress.com

Senin, 17 Desember 2012

Soneta untuk Cinta yang Bersembunyi di Hutan Terlarang

selalu ada sesuatu yang aku tidak tahu namanya begitu terang menyala
dari rimbun bola matamu yang hutan terlarang
berpendar menyilaukan mataku yang nyalang jalang
dalam hati ia menjatuhkan diri lalu mengerang memainkan nyawa

kedua pasang bola mata tak pernah jadi konduktor
pun katalis untuk bibir yang diam datar
menatap pada bayang-bayang samar
melintas sekejap lalu tertunduk oleh nada-nada minor

entah apakah dalam masing diri kami berlaku hukum gravitasi yang sama
kita sama-sama jatuh dari sunyi pencarian
saling tatap-peluk-gembira-tertawa-bersama-sama

aku tak sanggup memasuki hutanmu lebih dalam
hewan buas telah menunggu di semak-semak kenikmatan
dalam hembus-desah perjanjian-perjanjian haram

Puisi Karya @aa_muizz - http://butirbutirhujan.wordpress.com

Malam Telah Tiba di Beranda Rumah

Malam telah tiba di beranda rumah..
Suaramu pulang menjelma udara..
Letih memanjati puncak menara..
Peluh mengais sisa remah..

Ada yang berbisik dalam redup cahaya bulan..
Langit sedang rindu dijatuhkan berulang..
Padahal bintang pun sedang sibuk berjuang..
Berlomba turun dari singgasana di atas awan..

Lantas bagaimana kamu tahu aku ada..
Jika diamku salah, jangan buatku jadi seorang yang berbeda..
Aku masih bertahan dalam segala jeda..

Sementara kamu masih terlalu sibuk berjaga..
Aku masih tetap ada, menunggumu sang penjaga..
Ajarkan aku untuk memahami inginmu, buatku jadi seorang yang berharga..

Puisi Karya @warniwarnaku - http://warniwarnaku.tumblr.com

Gadis Korek Api Kayu -- Ini Malam Natal

Malam kudus. Malam dingin. Malam sunyi
Tak baik bagi seorang gadis kecil bertelanjang kaki
Meneruskan langkah kaki mimpi, bersitegang dengan hujan
Ini memang musim penghujan

Tertinggal satu korek api kayu dalam genggaman sembunyi
Seharusnya satu langkah lagi
Segera usai menemui mimpi waktu demi waktu kenangan
Menempuhi ziarah tanpa jejak di hutan hujan gemerencangan

Ini musim penghujan, derainya semakin lebat
Sesulut satu korek api dari dekap
Disertai doa, berharap mimpi yang hebat

Dengar lonceng berdentang, panjatkan doa agar luka dibebat
Sesulut terakhir bagi mimpi yang unggun – sebelum melindap
Ini malam Natal; bergegaslah gadis kecil — tak ada mimpi yang terlambat beroleh berkat

Puisi Karya @_bianglala - http://pelangiaksara.wordpress.com

Soneta Perindu

Langit pagi memeluk jingga tanpa sisa
Di atas padang rumput paling landai
Ditemani awan kelabu berarak santai
Tanah basah serta embun yang menggesa

Pekak telinga mendengar kicauan nuri
Membangunkanku dari mimpi rancu
Tentang kita yang beranak cucu
Mimpi datang justru saat kamu telah pergi

Pergi jauh untuk mengejar angan-angan
Pergi begitu saja tanpa kesan-pesan
Serupa jejak yang kupahami pelan-pelan

Ingin kuteriakkan rindu dengan lantang
Seandainya engkau masih berkenan pulang
Kembali ke hati tempat kenangan berkubang

Puisi Karya @ManDewi - http://takhanyacinta.wordpress.com

Muara Rindu

Air mengalir ombak menari
Ke arah muara saling berpadu
Semakin aku termabuk rindu
Kesumat hati menikam diri

Bercermin bulan di muara sunyi
Menunggu angsa si pencuri pilu
Seiring waktu sekujur linu
Hanya padamu luka bernyanyi

Muara sepi meneruskan sunyi
Kata-kata tak lagi berbunyi
Selain deretan abjad yang mati

Sepenuh sabar rindu menjalar
Harapan menyebar
Harapkan mahsyar

Puisi Karya @Sugianto_Iwan - http://bataslangit.tumblr.com

Penantian

Adinda sayang kemana dikau pergi?
Ribuan detik telah Kanda lewatkan
Menunggu Dinda saban senja bersama angan
Adinda tak nampak, genaplah sudah kesedihan Kanda kini.

Malam menjelang, memerangkap sunyi
Sungguh begitu dalam Dinda tancapkan ke jantung Kanda sepisau kerinduan
Hati siapa yang takkan berselimut risau nan kegundahan
Bila permata hidupnya pergi dan mungkin tak kembali, ingkari janji.

Apakah Kanda sudah tiada arti?
Datanglah Dinda sejenak saja, tenangkan Kanda
Hati Kanda nyaris mati tertikam sepi.

Adinda kesayangan Kakanda
Harus berapa musim semi terganti dan terlewati
Sungguh Kanda menanggung ribuan ingin, memeluk Dinda semesra senja.

Puisi Karya @acturindra - http://senjasorepetang.wordpress.com

Kamis, 13 Desember 2012

Membaca Kamu Lewat Tulisan

Mengambang-melayang aku di dadamu
Enggan jatuh enggan menyentuh
Matamu, hatimu yang
Buta, beku
Adalah aku yang selalu rindu
Cakap jemarimu meramu
Abjad terserak di atas kertas abu-abu

Kepalamu berisi kata-kata luar biasa hingga
Aku tak memiliki kesempatan untuk
Menyusup-merayapi kepalamu bahkan
Untuk sekadar memperkenalkan diri

Lengan-lenganmu lalu kulirik sebagai instrumen manis
Entah sebagai tempatku berdiam atau
Wahana tempatku mati nanti
Aroma surga sudah
Terangkum di kilau emas pena –jarummu

Tentang cinta, aku menyerah-kalah dan tentang
Usaha untuk terlihat olehmu, aku menyerah-lelah
Limbung ragaku dalam dadamu adalah saksi betapa
Irama rasaku tergantung irama jemarimu apalagi ketika
Saatnya nanti, aku dan kata-kata seharusnya tercetak di
Atas kulitmu berbentuk sebuah nama
Namaku

Puisi Karya @ManDewi - http://takhanyacinta.wordpress.com

Surgaku, RumahMU

Ringkas cerita perjalanan hidup, susah senang tetap dikenang, catatannya tak pernah lekang..
Usia bukan tolak ukur untuk sewaktu-waktu pulang, tua muda tetap tak dipandang..
Mati enggan, hidup pun segan..
Antara waktu sebelum merenggang, masing-masing diberi kesempatan untuk merenung..
Kehidupan punya rahasia besar untuk di telusuri..
Upaya saja tak cukup tanpa segala daya..

Singkat kisah, anak-anak senang tertawa riang, orang dewasa sering berpikir panjang..
Ukuran jumlah umur bukan batasan seseorang berkembang..
Raga boleh saja renta, tapi apalah artinya jika ia layu sebelum berkembang..
Gunakan iman sebagai pengaman dari segala ancaman..
Agar segala yang buruk tak kekal, segala yang baik menjadi bekal..
Miskin harta tak jadi soal karena segala sesuatu tetaplah akan kembali ke asal..
Usai usia semua kembali ke awal, cerita selesai, lembaran baru segera di mulai..

Puisi Karya @warniwarnaku - http://warniwarnaku.tumblr.com

Hujan Bulan Mei

Hujan, gerangan apakah yang mengirimkan rindumu sebegitu menderu kepada bumi, hingga dedaun gugur tak dapat menahan sendi.
Untuk apa angin mencari ruang-ruang hampa, cahaya menerangi sunyi sepi.
Jika awanmu menutupi segala cahaya, dan menjadikan angin lebih susah di mengerti.
Aku masih satu musim lagi di kota sepi, hujan; mengeja butir-butirmu yang menuju ke entah.
Nanti, dikepulanganku; datangkan saja hujan badai yang melantakkan dahaga, melerai perseteruan musim-musim langit.

Biarkan badai menyeka airmata, yang lama sepi di punggung bumi. Biarkan senyum sekujur muka di lapang dada cinta mengada.
Untukmu hujan, datanglah seperti apa saja: mederas, merinai, merintik. Aku tak perduli, sebab kau penghapus sunyi di mata ini.
Lantas, gerangan apakah yang megirimkan rindumu sebegitu mederu kepada bumi, hujan?
Aku tak pernah tahu. Mungkin kau adalah tirai pelangi yang menutupi indah warnanya, sebagai cinta.
Namun, meski hujan di batas kuala
menajamkan kuku, aku memilih menari dalam bidukmu; sunyi tanpa tembang dan bunyi rapai.

Mengertilah hujan, mengerti angin. Mengertilah angin, mengerti hujan.
Entah gerangan apa yang mengirimkan rindu sebegitu menderu kepada bumi.
Itu mungkin airmata langit yang ingin menyentuh kekasihnya.

Puisi Karya @sugianto_iwan - http://bataslangit.tumblr.com

KAMU...

Kamu. tempatku mengadu saat resahku, tempatku bersandar saat lelahku, tempatku mencari hangat saat hujan mengelilingiku

Aku, yang mencintaimu disaat susah senangmu, saat sakit sehatmu, saat kau terjatuh dan penuh bekas biru, saat kau hilang arah dan lupa pulang , aku selalu ada untukmu

Mereka, yang tak pernah mengerti hati kita, memandang cinta ini salah dan penuh dusta, dan kita sedang bermain-main dengan dosa

Usir segala gundah, usah dengar kata dunia, cinta kita yang rasa, tuhan tak pernah salah menjodohkan manusia, kita lah yang tak pernah memahaminya

Puisi Karya @hatijingga - http://hujanbulanmei.tumblr.com

Puisi Rindu untuk Bunga

Bacalah dengan memasang simpul-simpul senyum terindah. Sebab puisi ini bukan lagi perihal luka, pun bukan mengenai genangan-genangan asin airmata yang mengendap dan lantas menjelma jadi huruf-huruf yang menunduk, meringkuk.
Untuk sebuah nama yang senantiasa tercatat dalam lembar-lembar doa. Kau tak akan sedikitpun dilekangkan deretan angka-angka banal pada kalender-kalender yang tergantung di dinding kamar. Karena ingatan adalah puisi yang tertulis abadi, di nadi-nadi sunyi.
Nir-waktu adalah sepenuhnya ingin, tentang sebuah pertemuan yang kerap kita rancang di putih awan gemawan angan, tak peduli engkau atau aku yang telah sampai lebih dulu pada batas nadir pengharapan.
Gamitlah, gamit erat segenap rindu yang kini meruah meriap di udara. Rindu yang dulu pernah terjaring kedalam metaforamu, yang tak sekalipun mampu kubunuh hingga masa membekukan semua airmata. Rindu yang menghangatkan mata, melumerkan tanya.
Ah Bunga, sudah beberapa jenak, masih juga tak nyenyak. Ataukah kenangan memang demikian? Selalu kumat dan sulit dilelapkan? Aku tak tahu, dan tak mau tahu. Yang kutahu aku rindu kau saat menuliskan puisi ini.

Langit begitu tampak sumringah kini, terbentang di langit kota. Dan beberapa senyummu kugantung di sana. Aku tak peduli, bila nanti senja datang sewarna kesumba atau ungu yang kemudian jadi kelabu.
Irisan pelangi akan selalu ada bukan? Setelah jemari hujan membelah langit menjadi dua bagian. Tetapi seperti yang kau tahu, Bunga, aku lelaki pembenci hujan.
Andai boleh memilih, aku ingin senja sewarna kesumba saja, biar senja ungu menjadi milikmu dan hujan menemanimu membaca puisi rindu.
Rindu yang menghangatkan mata, melumerkan tanya, membuat engkau dan aku selalu tampak ranggi di antara jeda tanda baca dalam puisi ini.

Puisi Karya @acturindra - http://senjasorepetang.wordpress.com

tokoh-tokoh yang melawan kita dalam satu cerita

1/
hampa tak selalu menjadi musuh yang mendatangi kita pelan-pelan, membawa derita berpilin-pilin dalam pertempuran yang tak pernah menyisakan pemenang. ia datang sebagai suara seorang nenek yang mencabut uban di ubun-ubun usianya.
untuk cucuku, katanya sambil mengawinkan huruf-huruf kecil di kepala mungilmu. entah, butuh waktu berapa lama agar mereka beranak-pinak menjadi tokoh-tokoh protagonis yang melawan kita dalam kemahaan duniamu.
rupanya tak singkat. seperti kukila yang betah menari-narikan cumbuannya pada batang kokoh pilang yang telentang tak bisa pulang.
ujung-ujung rambutnya mewangi-bius setiap tokoh yang menyambut rentang pelukan.
fatamorgana? bukan.

2/
kenangan selalu tumbuh subur di bawah keningmu yang sabar merawat huruf-huruf kecil yang saling tikam.
embun-embun bening di pelipis malam pun diseka habis hujan rintih-rintih yang hendak pindah rumah oleh cinta yang marah.
ceritamu sederhana dalam keagungan bersayap.
indah.
lepas.

Puisi Karya @aa_muizz - http://butirbutirhujan.wordpress.com

YOU. ME. AND THE SPACE BETWEEN US

You. Me. And the space between us called Love

Lots of desire, abundant of beauty to show, no sorrow
One another. Let us attached and let go and grow
Vividly. Radiating like the sun refuse to slow
Embrace this feeling arises in an unbroken vow

You. Me. And the space between us called Faith

For sure we’re holding hand to hand tightly
As we put to each other our belief and trust and loyalty
Inseparable, we’d be absolutely. Undoubtedly.
Through good and bad times. Sweet and sad times. Eventually
Healing each other, freedom that breathes weightless and easy

You. Me. And the space between us called Hope

Have our heart set on trustworthiness floor
Over a few feet’s distance we walked together, more and more
Perserverance, promises, honesty, honor
Evidently comfortable with what we’re fighting for

You. Me. And the space between us called Forever

Flowers of amore shall grow we are in them and we call it eternity
Out of control we’re clearly heading to paradise of love, straightly
Right beside each other when we’re in need through this journey
Enthralled by every movement and every breath of the love tree
Verily where you and I could keep being wonderful effortlessly
Everlasting bond of hearts it will lead you and me
Returning to the magic of our love we’ll always be

You. Me. And the space between us called We.
---
Bety, December 2012

Puisi Karya @I_am_BOA - http://auntybety.blogspot.com

Kali Ini Tentangmu Saja

Seseorang itu perawan bersemu merah jambu di bawah payung pelangi, sesekali menatap langit membiarkan jarum keperakan menghunjam wajahnya:
Pelupuknya menyimpan hujan. Bulu mata itu terus mengerjapkan sembab sebelum jatuh menanggalkan hilir kepedihan.

Entah apalagi yang telah dibisikkan angin yang menyentuhnya – tak sehangat nafas kekasih menghembus lembap pada kulitnya. Hari ini musim basah membawakan gerisik gelisah.

Larik luka langit menggelap, belum tiba malam.

Ada perih dalam kesepian. Dan bocah-bocah berselendang warna warni menari diatas luka malam, menjerat kerat-kerat cahaya.

Nyanyian bocah-bocah berlagu sumbang — lesap ditelan malam kebasahan.

Gerimis datang… gerimis datang… kanak-kanak kenang makin melonjak-lonjak tak mau pergi. Lekas lihatlah pada awan, seseorang akan mewarnai langit petang.

Itu hujan, derainya meratap – berderak-derak angin menghempas pada atap.
Dilipatnya kembali rindu, seseorang tak kan pernah mau menemuinya:
Pelangi segera memucat, langit terlalu ungu, seseorang mewarnainya dengan satu warna – lebam dan muram; hatinya murung.

Apakah hujan segera reda, sedang langit pelupuknya terus sembabkan kesunyian menutup kertak-kertaknya.

Tetapi awan semakin retak, pun langit semakin nganga.

Andaikan segera reda, pasti para bocah kegirangan bersorak; bermain sepeda; lelarian di kecipak basah. Tengok saja langitmu.

Hujan pasti reda. Segeralah pilih warna-warni bagi cinta – bilakah ditemukan dan dibawa pulang.

Puisi Karya @_bianglala - http://palangiaksara.wordpress.com

Apa mimpimu? -- Ibu

Menemuimu ibu, dengan segala rindu yang takzim

Ibu, segala kerut keriput kulitmu adalah monumen, pun aku pernah berada

Melampui segala batas kekuatan diri, hingga kini ditempuhi

Pelukanmu, keterbatasan dua lengan — rengkuh yang tak terkira

Ibu, adalah hilir doa-doa – menyebut namaku bagi wujud semua mimpi.

Puisi Karya @_bianglala - http://pelangiaksara.wordpress.com

Hujan Senja Hari

Harapanku adalah butir-butir yang jatuh
Ulang demi ulang, resap terawang
Janganlah kehilangan, kau hidup sebagai kenangan
Aku dada yang siap kau lubangi bila memang perlu detak didengar
Namamulah gema dari hunjaman deras

Sayatlah seperti gerimis mengiris-iris jendela membentuk embun nama rindu
Elok dari tempias yang mampir lalu berbaris bagai serdadu
Nyalang, kenang, rebah hantam menghantam ingatan
Janji yang ditempakan rindu, luntur oleh bisu
Ada kehilangan mendaftar di buku pelukan

Hampir luput bayangan mengambil genggam
Air yang jatuh dicatatkan selayak hidup pada degup
Rayakan! mari bersenang pada dinding diam
Ini rindu, berbias cahaya dari mata air senja

Puisi Karya @dzdiazz - http://aksaralain.blogspot.com

Someone Like You

Some people say, you have to forget the past
Others ask to hold on
Me, myself stand between them, can’t forget or hold on
Especially when I am fall down
October, October is my ruin month
No body has the perfect reason
Even God doesn’t know

Leave me, leave me alone…
I don’t need anyone
Kiss me, kiss me for the last time to end
End this suffering moment

You. Yes, you!
Only you! You knew the reason
Understand my passion, there’s no one like you…

Puisi Karya @ara_damiril - http://apura.wordpress.com

Ujian Jian

Bangunlah, nak!
Pagi ini ayam sudah mematuk batok kelapa.
Sapi saja sudah menghasilkan susu.
Masa kau masih meringkuk di tempat tidur?

Mandilah, nak!
Bebek saja mau menceburkan dirinya di kolam.
Apalagi ikan yang pekerjaannya tiap hari demikian.
Apa kau tak malu dengan mereka?

Sarapan, nak!
Burung gereja saja sudah sedari tadi mencari makan.
Cacing di perutmu pun makin kelaparan.
Masa kau tidak kasihan?

Cepatlah, nak!
Hari ini kau ujian, Jian.
Mimpi semalam tak usah dipikirkan
Hadapi saja soal dengan senyuman.

Hati-hati, nak!
Setelah ujian langsung pulang.
Ibu sudah memasak makan siang enak semalaman.
Jangan dulu keluyuran.

Pulanglah, nak!
Kata-kata ibu terngiang-ngiang
Tapi sayang, Jian setelah ujian tak langsung pulang,
Malah nongkrong dengan sepeda kumbang
Lalu tumbang di jalan berlubang
Nyawa melayang tak pulang-pulang

Jian, Jian!
Sudahkah kau selesaikan ujian?

Ujian, Jian.. Ujian..
Jangan lagi terlambat bangun
Ibu susah payah menyekolahkanmu
Apalagi tanpa ayah
Nekat hutang ke tetangga

Jian, Jian, Jian..
Ibu menunggu sampai petang
Apakah ujianmu telah kau selesaikan?
Nampaklah Ibu keranda dikejauhan…

Jian, Jian!
Sudahkah kau selesaikan ujian?

Puisi Karya @ara_damiril - http://apura.wordpress.com

Langit Meng-AMIN-i Rinduku

Aku merindukanmu sekuat amuk awan kelabu sore ini di beranda

Memuntahkan isi perut dan pikirannya ke dalam mulut bumi yang menganga, hingga redam

Ingin pula kumuntahkan isi rongga dada nan coklat berkarat sarat duri ini

Namun, cinta ialah perihal suka duka yang sering tak sejalan dengan laju keinginan

Puisi Karya @meyDM - http://meydianmey.wordpress.com

Perih

Patah
Erosi
Rebah
Infeksi
Hutan hatiku

Puisi Karya @meyDM - http://meydianmey.wordpress.com

Minggu, 09 Desember 2012

A Broken Heart is A Broken Mirror

Lukisan Frida Kahlo - The Dream (The Bed)
remember the death still
before reaching the dream

1/
something whispers me
it’s closer than the air i breath
something scares me
it’ll cover myself
with tendril of darkness
and root of the fear

2/
the time tells me
the death will sneak with some bombs in its hand
that’ll break my heart
burns it at the very-bitter-summer

3/
the death says
i’m no one who need somewhere:
death hole in the mirror

Puisi Karya @aa_muizz - http://butirbutirhujan.wordpress.com

Kesirep

Lukisan Frida Kahlo - The Dream (The Bed)
aku begitu lelap — kesirep
andai dapat kupilih sebuah mimpi
aku mau yang menemuimu saja
bukan sesulur yang hendak mengikat abadi
andai ini sesulur kembang – yang pada akarnya menujumu
aku mau yang menemuimu saja
pada akhirnya aku hanya terus terbaring
terus saja seolah melompati ambang tidur
hanya mampu setia — menantimu, mimpi
aku yang tak mampu menemuimu
Puisi Karya @_bianglala - http://pelangiaksara.wordpress.com 

Di Dalam Mimpi

Lukisan Frida Kahlo - The (The Bed)
aku menarik selimut menghangatkan kalut tubuh
menghadap jauh sebelah pandang dengan rapuh

keberadaanmu, keberadaanku

aku tak melihat apa-apa
dan tak kukenali malam, menghindar luka
sampai tibanya mimpi yang ditinggalkan kunang untuk kita

biarlah kunikmati tengah malam pasang surut di keheningan
hingga iba mimpi-mimpi datang serabutan
barangkali tak ada yang perlu ditakuti
pejam mata adalah lelah diri

kau pernah minta untuk tiba di anganku
membebaskan dirimu terbang mengangkat aku
seperti balon udara ringan meninggalkan beban
sampai ingat, adamu adalah gelembung-gelembung sabun
kutiup dengan indah untuk pecah

maka aku terus tertidur
menarik selimut sampai atas dadaku
membiarkan kau hidup terbang seperti kunang sepanjang malam
dalam pejam

dalam sepi
yang kuterjemahkan sebagai aku sendiri

akuilah aku, selayak aku
tidak juga engkau, bila mimpi hanyalah sisa sayu risau
maka kumpulan kunang-kunang itu adalah kehilangan
yang meneguhkan aku, rindu

Puisi Karya @dzdiazz - http://aksaralain.blogspot.com

Abadi

Lukisan Frida Kahlo - The Dream (The Bed)
Tertidur lebih lama lagi, lebih panjang, lebih pulas hingga tak satu suara pun terdengar, tak satu sentuhan pun terasa, tak satu ingin berkemih pun mengusik..
Bawa aku ke sana, dunia di mana tak satu pun yang membangunkanmu untuk mengusirku kembali ke duniaku..
Sulurnya akan menjeratku, memelukmu erat di sekujur tubuhmu, kita jadi satu, abadi..
Mimpi, hidup abadi..
Mati, cinta abadi..
Aku dan kamu, kita abadi..

Puisi Karya @warniwarnaku - http://warniwarnaku.tumblr.com

Hari Terakhir

Lukisan Frida Kahlo - The Dream (The Bed)
Tubuhku tertidur di hari terakhir
Menyimpan mimpi belum kesampaian
sehingga berharap terlahir kembali

Bagi sebagian orang
kematian adalah batas
Dari jiwa-jiwa yang ingin bebas
Terlepas

Bagi kita kematian hanya tidur sementara
Dari mimpi-mimpi yang masih senang datang
Melayang-layang di pikiran
Dan menjadikan tubuhku kendara

Karenanya,
aku masih akan terbangun esok hari
Masih dengan mimpi yang sama
Serta bagaimana aku akan mencapainya

Hingga hari terakhir tiba
Dan aku tak menyimpan apa-apa; moksa

– Semarang, 081212

Puisi Karya @ManDewi - http://takhanyacinta.wordpress.com

Epiphany

Lukisan Frida Kahlo - The dream (The Bed)
The contemplation that makes the mind go raging.
In the middle of innocent winter evening dream.
About life and death and something in between.

Throughout this life from the front row…
This twigs,
hiding the decades of pain and sorrow.
This twigs, this leaves,
covering from the grimreaper that sneaking through the window.
This twigs, this leaves, this roots,
giving hope for a prolonged life. Keeping faith in us to grow.

But look!
This life scares me.
This death is haunting me.
Scent of these flowers are tempting.
Sound of this ticking bombs are frightening.
I hardly can not sleep.
I barely can not breath.

Between life and death, is there nothing left for me to dream?
Between life and death, is there an interlude for me to scream?

Is it wrong if i paint of life with confusion,
with missions of unregression?
Can I accept these unstable feeling
as a whip that encourages again?

and death...
Is thinner than the air that we breathe.
Is thicker than the space between heaven and earth.

Death,
Is trying to find the loopholes to get out of from our soul, suddenly.
Is waiting for a sudden opportunity to fondle from outside our body.

Thought too much. I’m afraid.
Dwelled too long. Painted in excess, the raid.

Should i paint of death with love
with visions of hope
and change this labyrinthine
as a dream that starts again?

Life, death, sleep, awake.
And the empty hours that need to brake.
Grimreaper’s having trance
Angel of mine starts to dance.
Symphony
Epiphany

No! I am not scared to die.
And when it comes to life, I am not afraid to try.

I want to praise the life humbly, gently.
I want to challenge the death quietly, sweetly.

I want to take my time,
letting faith and hope and dream fly themselves in rhyme.
Among the dusky clouds that erupt along the distance,
Heaven and earth in between my existence.

Puisi Karya @I_am_BOA - http://auntybety.blogspot.com

Dalam Mimpiku

Lukisan Frida Kahlo - The Dream (The Bed)
kematian tak bisa memisahkan kita

kau yang tercinta selalu hadir dalam mimpiku

mengikutiku bagai akar yang menjalar di kakiku

” apakah kau tahu apa yang ada di pikiranku saat ini? “

kita berdua sedang berbaring bersisian

kau dengan cintamu

aku dengan mimpiku

———————————————

kita saling menunggu

aku menunggu izroil menjemputku

kau menungguku datang menghampirimu

————————————————-

di balik tumpukan awan biru

kau hujani aku dengan banyak mimpi

mimpi tentang indahnya surga

dan kita tak akan terpisahkan lagi di sana..

Puisi Karya @hatijingga - http://hujanbulanmei.tumblr.com

Rangka Ringkih Mimpi

Lukisan Frida Kahlo - The Dream (TheBed)
Kaumemunggungi mimpi yang kabur
Seribu tahun kerinduan yang tak lengkap
Menjadi bunga tidur yang mulai subur
Tangkainya menjalari kau yang mulai lelap

Bunga tumbuh di jantungmu yang bertahan hidup dari benih keyakinan yang nyaris layu. Katamu percaya saja tidak cukup
menjadikan keyakinan sebagai hidup
Harus ada keraguan untuk membuktikan bahwa keyakinan bisa dipercaya

Keyakikan menciptakan musuhnya sendiri
Untuk untuk bertahan dan memperkuat diri

Kau berangkat dari hari-hari yang membosankan
Meragukan tanggal dan detak jam
Mempertanyakan cinta dan kesetiaan
Membangun keyakinan di langit mimpimu yang menjulang

Pada ketinggian, keyakinan menjadi awan
Lembut, ringan, dan dihempaskan
Deru keraguanmu di masa lalu
Badai keakuanmu yang menyangsikan segala sesuatu

Tubuhmu rangka ringkih tanpa daya
Tangkai bungamu menjadi rantai benalu
Menghisap setiap harapan dan cinta
Yang tersisa cuma bunga di dadamu. Menyebar bisu
Yang tak terpecahkan
Dan kau mati ditikam keraguan

Kebayoran, 071212

Puisi Karya @wajdiv - http://penawajdi.wordpress.com

The Dream (The Bed): What a sweet dream!

Lukisan Frida Kahlo - The Dream (The Bed)
What a sweet dream!

I just laying on my bed

when the earthquake’s shaking the earth

like a lullaby in a hurricane windy day.

You, yes, you…

sleep tight under the sky

camouflaged by the stars.


How could we fall in love each other
while the world and moon’re making war
how could we stay forever
while God is ever after

Death is only love, live is a heaven
The dream never comes true and the fear comes closer
I saw you, in the nightmare
You’re sleeping away in your wedding dress without me
Without me…

Puisi Karya @ara_damiril - http://apura.wordpress.com

The Dream (The Bed)

Lukisan Frida Kahlo - The Dream (The Bed)
1// 
Di atas ranjang kayu itu aku menyaksikan tubuhmu merangkai ribuan mimpi tentang temu yang tak kunjung datang, tentang sua yang hanya sebatas angan. Dalam pejammu yang begitu dalam rindu-rinduku hanya tinggal rangka saja, kerap mengunjungimu malam-malam, diam-diam, dengan sebuket bunga yang senantiasa tumbuh dari dadaku. Dada yang sejak dulu hanya berisi kamu. 

2// 
Gelung-gelung awan sewarna putih tulang adalah dinding mimpi yang sangat rapuh, penyekat antara ketidak-terjagaanmu dengan ketiadaanku, kapan saja mampu dirobohkan hujan – rintik-rintik gerimis yang jatuh dari matamu. Karenanya, pejammu menyelamatkan aku dari dari hempasan-tebasan pedang-pedang kedukaan yang tersimpan di sayap-sayap waktu (tahukah kamu, betapa inginnya aku memelukmu dan menyembunyikan lara-dukamu di balik urat leherku?). Karenanya, pejammu menyelamatkan dirimu sendiri dari celoteh-celoteh kenang yang berdentang-detang lantang di telinga (tahukah kamu, aku begitu tergugu memandangi nyala di matamu yang perlahan memudar padam sebab sembab air mata merendam?). Karenanya pejammu menyelamatkan mimpi-mimpi yang urung jadi nyata. 

3// 
Kini aku mengerti, ada yang jauh lebih mencintaimu dari rindu-rinduku yang hanya tinggal rangka saja. Ada yang jauh lebih menyayangimu dari ribuan pucuk-pucuk bunga yang tumbuh di dadaku setiap kali kau bersedih. Ia, ranjang kayu itu. Yang selalu menghadiahkanmu mimpi-mimpi baru, yang sisi-sisinya ditumbuhi tanaman rambat, membelit erat tubuh letihmu. Tubuh yang selalu kau pakai untuk menunggu musim-musim tak lagi menjatuhkan hujan ke dalam dadamu, juga tubuh yang kau gunakan untuk menunggu rindu-rinduku yang tinggal rangka ini datang menjemputmu. Menjadikan temu tak hanya sebatas angan, tak berbatas mimpi.

Puisi Karya @acturindra - http://senjasorepetang.wordpress.com

Kamis, 06 Desember 2012

Burning Giraffes and Telephone

Lukisan Salvador Dali - Burning Giraffes and Telephone
can’t remember the timewithout recalling you
“i was angry when the giraffes are draping a beautiful lie on their neck.”
a girl screaming to the telephone mouth
that lie to her
like an evil in the middle of desert.

she cherish a betrayal
that come from the eye
— an eye with complex telephone cable case —
she doesn’t cry,
she believes that wind, fire, and time are her true friends.

the phone is ringing with thick smoke on its back
and the giraffes are screaming out the air,
the girl is smiling,
looking closely at their shoulder.

yes, time is burning giraffes and telephone
— not love.
can’t remember the timewithout recalling you still
 Puisi Karya @aa_muizz - http://butirbutirhujan.wordpress.com

Nyala sebagai Lupa

Lukisan Salvador Dali - Burning Giraffes and Telephone
tak ada yang perlu diingat
biar asap mengepul menjadi udara-udara
menjadi hirup sebagai hidup

seolah api adalah kemabukan
puan, rambutmu nyala-menyala di mataku
menghubung selayak telepon, memanggil tuannya luka
dan dadaku kotak penyangga tua renta

kuhabiskan waktu dengan membakar aku
kunyalakkan rindu supaya bersetubuh dengan telanjang ragu
demikianlah geming kubebaskan
maka denting tiba di kepolosan tutup mata

sisanya hanyalah lepuh menghitam
lalu mati sebagai arang yang tak dipulangkan

Puisi Karya @dzdiazz - http://aksaralain.blogspot.com

Perempuan (lain) Virtual

Lukisan Salvador Dali - Burning Giraffes and Telephone
Dia perempuanku lain

: kujumpainya bila peri malam menjentik bintang pada angkasa — meluntah lisan aksara rayuan

: jenjang lehernya menyimpan keindahan — hasrat mengecup sebatas layar maya

Pun dia ini perempuanku

: padanya pernah kutinggalkan junjungan tertinggi.
Menggilai aroma wangi tubuhnya — dulu bergelung rapat berpeluk denyar dada


ketika perempuanku cemburu

: nyalang — memerah matahari di tatapnya
Bertubi dendam mengiris nadi darah.


Para puan
Para perempuan
Padamu; padanya aku perempuan yang cinta

Puisi Karya @_bianglala - http://pelangiaksara.wordpress.com

Jarak yang Kau Buat

Lukisan Salvador Dali - Burning Giraffes and Telephone
pertengkaran kita masih hangat
benda berbunyi ini jadi saksinya
kau diam… aku diam
hanya deru napas kita yang terdengar
dan ini makin menyakitkan
bukan jarak .. tapi hati yang kau buat menjauh
tak ada indah sejak sapamu tak ada
jarak yang kau buat
buat ku bagai di neraca

Puisi Karya @hatijingga - http://hujanbulanmei.tumblr.com

Dunia Absurd

Lukisan Salvador Dali - Burning Giraffes and Telephone
Duniaku tidak hanya berisi kamu
Duniaku juga berisi rindu
dan hal-hal absurd lainnya

Kamu
Gurun pasir
Padang savana
Jerapah berleher jenjang
Semut rangrang
Mata nyalang
Tubuh ranum berkembang

Kamu
Kadang dekat
Kadang membuat sekat
Kadang memunggungi
Kadang mencari-cari

Duniaku tidak hanya berisi hal-hal absurd
Duniaku juga berisi rindu
dan kamu-kamu yang lainnya

- Semarang, 051212

Puisi Karya @ManDewi - http://takhanyacinta.wordpress.com

Ring... Ring...

Lukisan Salvador Dali - Burning Giraffes and Telephone


“Ring… ring… ring…”

“Hello?”
I hear nothing…
only my heart is beating slowly

“Ring… ring… ring…”

I pick up the phone again waiting for the one speaking
but I hear no one talking

“Ring… ring… ring…”

I let the phone singing the sad song
while I packing the luggage…

“Ring… ring… ring…”
No one hear the phone’s crying
I just left the house and burn the field…

Burning all of our memories
Burning the damned phone

“Ring… ring… ring…”
On the other part of world, in a telephone box you’re whispering…
“SORRY”

Puisi Karya @ara_damiril - http://apura.wordpress.com

Bermimpi

Lukisan Salvador Dali - Burning Giraffes and Telephone
: Julius
Kalau kau sakit hati dengan Tuhan
aku sakit hati dengan diriku sendiri


/1/
Di depan lukisan itu
kita sama-sama memesan sedikit waktu
dan sebuah kota dengan cahaya lampu
yang berhamburan di sepanjang jalan

/2/
O, Golgota

“Eli, Eli, lama sabakhtani?”

Leherku telah menjadi sepanjang 8 kaki
ketika mendung ingin mencium telingaMu
yang lebam dan koyak oleh bisik-bisik gaib
tapi mengapa Kau menundukan wajah
dan menanamkan api
pada punggungku?
(tumpukan kayu cedar
—dinding-dinding kuil daud yang repih oleh kesedihan)

“Aku haus!”

Mataku pelan-pelan
pasrah dalam pertemuan ini
berguguran hujan semasam anggur

Maria,
di kejauhan, kepergian tak bakal terbilang lagi

/3/
Kebahagiaan begitu sementara
dan kita masih akan percaya?

tut…tut….tut…….

Puisi Karya @_nears - http://retakkayu.wordpress.com

Hutan dan Kesetiaan

Lukisan Salvador Dali - Burning Giraffes and Telephone
Perempuan tua menekuni uban di kepala
Serupa awan menjauhi musim hujannya
Ada yang membakar pikiran yang ia rawat, ingatan demi ingatan
Hingga kerut dahi dan hitam alisnya menjadi legam
: Satu kenangan tentang hutan dan kesetiaan

“Jangan tunggu aku. Aku adalah hutan yang tak mampu kautundukkan,” kata suara di balik masa lalu, di bilik telepon itu
Muncul dari kesepian yang begitu purba
Menyeretnya ke batas nelangsa tak terkira
Menghisap apa saja. Melenyapkan setiap ramai pesta.

Setengah abad lalu, ketika usia belum melanjutkan penderitaan
Perempuan kecil dengan pesta ulang tahun yang teramat besar
Boneka jerapah dengan bulu di punuk dan pucuk kepala
Seperti awan
Putih. Ia menyebutnya jerasap
Ketinggian yang menghiasi diri dengan asap
Meraih setiap mimpi yang melebihi atap

Pesta mendadak sunyi
Kesepian menjadi-jadi
Perempuan tua menekuni uban jerasap
yang di kepala dan pikirannya terperangkap

Hutan menjadi hamparan tandus tak terurus
Di usia lanjut yang terhisap kesepian dan kesetiaan terus menerus
Di balik masa lalu dan bilik telepon tua itu
Sebuah suara berkali-kali menegur keriput kulit yang mulai membiru

“Jangan tunggu aku. Aku adalah hutan yang tak mampu kautundukkan.”

Cilandak, 041212

Puisi Karya @wajdiv - http://penawajdi.wordpress.com

Kehilangan

Lukisan Salvador Dali - Burning Giraffes and Telephone
Langit karamel abu-abu
Gurun pasir serupa daki
pada tengkuk para pasasir
Kau masih menunggu
sebuah suara
pada ujung gagang telepon tua.

Tubuhmu adalah kerinduan
yang meminta sebuah penebusan
Tubuhmu hanya ingin bersintuhan
dengan mata sendu yang meruntuhkan
sebuah hati batu berkepanjangan.

Kau mendengar langkah kaki mulai berdebam
di kejauhan
Beberapa jerapah tunggang langgang
membawa api dan sakramen penyucian

Tapi kau masih saja keluar masuk gagang telepon
Mencoba bercinta dengan kekasihmu di sana
Sedang dirimu mulai menjelma
menjadi gelombang suara
“Aku tidak akan meninggalkanmu.”
Bunyi suara di telepon yang menjerat tubuhmu
tapi kau adalah orang yang percaya
bahwa jarak, perlahan, akan membebaskan cinta.

2012

Puisi Karya @kolasecerita - http://ampaiankata.wordpress.com

Aku (memang) butuh kamu

Lukisan Salvador Dali - Burning Giraffes and Telephone

Matamu bara, api menjalar setubuhi ragaku..
Lengan-lengan waktumu penghubung jarak terdekat menujuku yang setiap saat memikirkanmu..
Jangan terlalu sibuk dan mengacuhkanku, aku jadi abu rapuh jika luput dari perhatianmu..
Jangan tunggu aku hangus terbakar oleh kesabaranku..
Datanglah meski hanya sebuah sapa, perhatianmu selalu menjadi senyum di setiap luka hatiku..

Puisi Karya @warniwarnaku - http://warniwarnaku.tumblr.com

Burning Giraffes and Telephone

Lukisan Salvador Dali - Burning Giraffes and Telephone
Betapa jarak itu seperti halnya ladang gurun lengang yang tandus, sayang, 
Mampu membakar kepala-kepala sekawanan jerapah yang berlari-larian. 
Jerapah yang taklain ejawantah dari segenap asa yang tak bosan memanjangkan leher, dan lantas mendongakkan ke langit sebagai doa 
: harapan bagi sua yang tak kunjung tiba. 

Dan dari tubuhmu yang tak lekang dituakan waktu, 
Tubuh yang senantiasa menari dalam ingatanku yang nyalang, telanjang, hanya berbalut kata-kata rindu yang tipis; menutupi kaki-kaki jenjangmu menujuku. 
(kata-kata itu yang pada akhirnya menumbuhkan sulur-sulur tanya dari tungkai mataku) 

“Tidakkah kau rindu pada pendar mataku, sayang, mata yang justru lebih rewel dari bibirku, mengatakan betapa aku mencintaimu?” 

Sulur-sulur tanya itu semakin memanjang, membelit-belit tubuhmu dalam ingatanku. 

Ahh,...
Tetapi siapalah aku?
Menunggumu sampai musim bersua tiba.
Ah, siapalah aku?
Aku, aku hanya kotak-kotak kayu tempat kesahmu luruh,
tempat sejumput pelukan tumbuh menjadi buah-buah angan.
Aku hanya kotak kayu!
Rapuh, termakan rayap-rayap waktu. Menunggumu.
Sementara kau, entahlah di mana,
mungkin masih berdansa dengan jerapah-jerapah yang kau bakar kepalanya.

Puisi Karya @acturindra - http://senjasorepetang.wordpress.com

Minggu, 02 Desember 2012

Dosa

daun berderit
digerakkan hujan menjerit
alam gigil oleh dosa saling kait
beku pada kulit
luka pada sakit
koyak oleh sabit
teramat sakit
teramat sulit
memenuhi bait
puisi yang rumit

Puisi Karya @aa_muizz - http://butirbutirhujan.wordpress.com

: Berpulang

Padamu sang Maha,

Kerinduan haruslah berpulang.

seperti gelisah :

menyucuk luka lambung oleh tombak bergelang — darah dan air

Rincing rantai penyiksa; patah di kertak gigi — menahan perih gigih

Luka cambuk penebusan dosa — membasah lagi tanpa bebat pengganti.

Berapa luka kejatuhan ditempuh pada jalan menuju Golgota?
Rindu dijamukan pada cawan cuka anggur

Puisi Karya @_bianglala - http://pelangiaksara.wordpress.com

Itu Aku

tubuh halus, meski bercak merah darah membasuh sekujur
tangisan adalah suara murni, jernih menggema
mata bening, walau masih belum ada yang dapat terlihat

itu aku
manusia mungil tak mengenal apa-apa
tak mengerti apa-apa
suci, sekalipun dititipi dosa muasal
dari yang tak kukenal sebagai siapa

waktu
mengokohkan langkah
mengenalkan kesenangan
memberi hamburan pilihan
dan jatuhlah

itu aku
tubuh kuat dengan segala keangkuhan
pemenang yang kotor kemunafikan
penyandang benci dalam lindap hati

itu aku
jatuh, jatuh dan teramat jatuh
di jurang keliru yang teramat teguh

Puisi Karya @dzdiazz - http://aksaralain.blogspot.com

Do(s)a

Jika meinginkanmu adalah do(s)a bagi ku, apa yang kau inginkan dari ku..
Jika mengingatku adalah do(s)a bagi mu, maka izinkan aku menjadi kawan untuk memperingatkanmu..
Jika memelukmu merupakan bagian dari do(s)a ku, maka biarlah aku lakukan sembari mengecupmu..
Jika hanya diriku penyebab do(s)a mu, maka bawalah aku menebusnya dengan berbakti padamu..

Puisi Karya @warniwarnaku - http://warniwarnaku.tumblr.com

Aku Benci Kau Mendua

Aku benci kau mendua,
menepikan rindu yang riuh bahana.

Aku benci kau mendua,
mengijinkan luka menukar lengkung bibir cita.

Aku benci kau mendua.
Kau tiada kala mala gelayut mata.

Aku benci kau mendua,
sebagianmu terasa tak nyata.

Aku benci kau mendua,
ingkar pada muara tautan lengan kita.

Aku benci kau mendua,
mendusta yang kausebut dengan selalu cinta.

Aku benci kau mendua.
Aku begini nestapa, kau begitu tiada.

Aku benci kau mendua.
Hatimu memuat senyum yang gagal kueja.

Aku benci kau mendua.
Segala kenang air mata yang enggan kuraba.

Aku benci kau mendua.
Lebih baik kita lenyap saja,
lalu bersama dalam tiada.

Aku benci kau menduakannya,
dengan merayakan kita.

Puisi Karya @meyDM - http://meydianmey.wordpress.com

Dosa Pertama

aku masih ingat, ketika musim tidak ada dingin
kami berjalan dalam taman seluas semesta:
tanpa busana, tanpa kecemasan meski sebesar udara.
betapa hidup adalah kenikmatan semata
kami memiliki kenyataan-kenyataan yang mimpi
kami ingin hidup dalam kenyataan.

sampai suatu ketika, seekor ular menyapa
desisnya begitu manis
melebihi sungai susu di ujung sana
“maukah kau hidup dalam kenyataan?”, tanyanya.
kami terkesima, betapa kini kenyataan akan menjadi mimpi
dan mata ini begitu berbinar, tak hiraukan segala larangan.
sejurus kemudian, kami merasakan kenikmatan.
dan semuanya raib,
di atas rerumput taman,
tergeletak apel rumpang
yang menangis sesenggukan.

Puisi Karya @kolasecerita - http://ampaiankata.wordpress.com

Dosa-dosa Bahagia

Bersembunyi di hatimu adalah dosa
karena untuk bisa berada di sana
aku harus mencuri
rona merah pipimu
desir gairah darahmu
seksi lenggok gayamu

Bersembunyi di matamu pun sama
karena untuk bisa berada di sana
aku harus mencuri
matahari
bulan bintang
pelangi

Bersembunyi di kata cintamu tiada beda
karena aku harus mencuri penyair
beserta kata-katanya

(Bersembunyilah di suatu tempat tanpa mencuri apa-apa)

Bahkan untuk bisa bersembunyi di masa depanmu
aku harus mencuri-curi waktu

(Bila aku bahagia karenanya, masihkah kamu merasa berdosa?)

Aku berdosa
Aku berdosa
Aku berdosa
karena setiap kali mengingatmu
aku lupa berdoa

- Surakarta, 011212

Puisi Karya @ManDewi - http://takhanyacinta.wordpress.com

Tetaplah Bersamaku

Aku ingin pergi,
Jauh meninggalkan isi bumi
Menyentuh segala sepi segala sunyi… sendiri.
” Dengan meninggalkan jejak hitam di masa depanku… begitukah caramu membuatku mengenangmu? “
Kepergianku, hanyalah rindu kekasih sejati ke asal sunyi,
Tempat di mana kenangan
Menjadi puisi paling nyeri.
” Lalu dengan apa ku lanjutkan langkahku, dengan tumpukan dosa yang menghalangi jalanku, aku takut kenangan akan membunuhku “
Peganglah tanganku
Jemari yang pernah melukaimu.
Di ujung kuku itu terselip dosa;
Cinta kepadamu yang melebihi dari kepada-Nya.
” Maka jangan tinggalkan aku, bantu aku membersihkan jalan kita, agar suatu hari kita pantas menghadap-Nya “

Puisi Karya @Sugianto_Iwan dan @hatijingga - http://hujanbulanmei.tumblr.com

Sepasang Mata Masygul

-- F.T

Sepasang mata masygul dari bingkai wajah seorang dara mererakkan simpul-simpul senyum yang kuikat dan tergantung di langit kota, seperti pendar kunang-kunang yang hendak mati dan mewariskan cahaya pada lampion-lampion merah sewarna darah.

Ada yang tak sempat kau katakan, sebelum pada akhirnya bulir bening kaca -matamu- jatuh dan pecah di tengadah tanganku, di lengang bahuku, meninggalkan jutaan tancapan perih bilah-bilah airmata yang beku karena menunggu.

Ada yang ingin kau benamkan, juga ku makamkan di luap kesahmu. Hingga kecupmu-kecupku tenggelam dramatis bagai kapal raksasa yang dimangsa ganas dingin lautan Atalantik - menyisa kenang tanya.

***

Rindu-rindu itu sayang, selayak dosa-dosa kecil yang menumpuk di kepala, dan berayun-ayun bagai pendulum raksasa. Sementara mengingatmu adalah semacam memasuki pintu-pintu berkerlip cahaya di depan rumah-rumah bordil, di mana kenangan-kenangan menari telanjang, lantas bersenggama dengan ingatan.

... Dan sepasang mata masygul di wajahmu; Rahim bagi segenap alasan-alasan juga harapan-harapan terlarang yang tak pernah ingin terhenti memunajatkan sebaris nama. Entah sebagai doa, atau sebagai dosa.

Puisi Karya @acturindra -- http://senjasorepetang.wordpress.com