Di muka jendela, angin masai merapikan rambut kusamnya yang sudah seminggu rindu pada gigi-geligi sisirnya yang sudah mulai ompong. Anganku beterbangan sedari tadi, melihat pias wajah pasinya, menatap gelung-gelung awan yang sewarna abu rokok.
Di beranda rumah berbentuk joglo, aku duduk menemani khayalnya sambil sesekali menandaskan secangkir kopi yang ia buat dengan jari-jarinya yang terkadang tremor — mencecap nikmat pertemuan, begitu singkat. Sementara, dirinya kembali terpaku di sisi daun jendela yang engselnya kerap berdecit, ngilu, seperti rindu musim bertemu usai.
***
Jalan-jalan lengang, hanya ada beberapa kanak — ia mengenangnya sebagai aku yang belum didewasakan kehidupan — berlari-larian menjaring rerintik yang kian deras dan lusinan kenangan yang mondar-mandir di kepalaku serta di manik matanya yang juga menjatuhkan hujan.
Senja kali ini, mentari urung mengantar jingga. Pun tak jua membawa lupa.
Gelung-gelung awan itu, kini sudah seperti bubuk kopi, menunda lelapnya kenangan. Lalu lampu-lampu jalan adalah bibir-bibir delima yang pandai menyalakan rupa kerinduan. Malam, batas perjumpaan.
“Ibu, anakmu ini kangen rumah dan pelukan.”
Di beranda rumah berbentuk joglo, aku duduk menemani khayalnya sambil sesekali menandaskan secangkir kopi yang ia buat dengan jari-jarinya yang terkadang tremor — mencecap nikmat pertemuan, begitu singkat. Sementara, dirinya kembali terpaku di sisi daun jendela yang engselnya kerap berdecit, ngilu, seperti rindu musim bertemu usai.
***
Jalan-jalan lengang, hanya ada beberapa kanak — ia mengenangnya sebagai aku yang belum didewasakan kehidupan — berlari-larian menjaring rerintik yang kian deras dan lusinan kenangan yang mondar-mandir di kepalaku serta di manik matanya yang juga menjatuhkan hujan.
Senja kali ini, mentari urung mengantar jingga. Pun tak jua membawa lupa.
Gelung-gelung awan itu, kini sudah seperti bubuk kopi, menunda lelapnya kenangan. Lalu lampu-lampu jalan adalah bibir-bibir delima yang pandai menyalakan rupa kerinduan. Malam, batas perjumpaan.
“Ibu, anakmu ini kangen rumah dan pelukan.”
Puisi Karya @acturindra - http://senjasorepetang.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar