Angin sedang berwajah api
Di tangannya menggenggam belati
Dari tadi dia tak hentinya berteriak,
“Aku rindu! Aku rindu! Akan kutebas awan yang berarak”
Kutanya, “kenapa harus menebas awan?”
Katanya, “awan ini menghalangi pandangan”
Kataku, “pandangan akan siapa?”
Katanya lirih, “akan kekasihku, di jauh sana, di dalam Damba”
…
Lalu malam pun seketika sunyi
Wajah angin pun mendadak sepi
Puisi Karya @melcorner - http://jejakmelctr.wordpress.com
Di tangannya menggenggam belati
Dari tadi dia tak hentinya berteriak,
“Aku rindu! Aku rindu! Akan kutebas awan yang berarak”
Kutanya, “kenapa harus menebas awan?”
Katanya, “awan ini menghalangi pandangan”
Kataku, “pandangan akan siapa?”
Katanya lirih, “akan kekasihku, di jauh sana, di dalam Damba”
…
Lalu malam pun seketika sunyi
Wajah angin pun mendadak sepi
Puisi Karya @melcorner - http://jejakmelctr.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar