Dear, Penguntitku
Mengenalmu kala itu
Sebelum kau menguntitku
Adalah sebuah pintu kegembiraan untukku
Berbagi kisah konyol juga lucu
Selama kita sama bertualang, menaklukkan waktu
*
Selalu ada kagum untukmu
Mendengar segala cerita indahnya Indonesiaku
Lewat bingkai-bingkai indah foto perjalananmu
*
Tlah banyak kaucapai puncak gunung
Tlah ribuan kilometer jalan kauarung
Aku? Satu di antara sekian banyak pendukung
*
Tak ada hak menjadi penghalang
Kar’na aku pun suka bertualang
Jadilah kita sama merdeka
Bebas berkisah, semua apa adanya
*
Berlalunya waktu
Sudah cukup membuatku mencintaimu
Tapi, aku tak ingin lebih dulu
Ingin kau saja yang mengatakan itu
*
Berhasil, kau datang padaku
Dengan sebuah impian, menggebu
Menikah, kata itu terngiang jelas di rongga telingaku
Terkesiap mendengarmu berkata begitu
Baiklah, kalau jodoh pasti bertemu
*
Sejak itu kita sama berusaha
Memulai sebuah cinta
Bertahan meski apapun mendera
Hampir dua warsa lamanya
*
Hingga sesuatu terjadi….
*
Kaubilang tak mungkin lagi
Memperturutkan kata hati
Katamu, “Sudah waktunya aku pergi”
Tercenung aku; berat, tetapi mengamini
Meluluskan permohonanmu, Kekasih hati
*
Maka tak ada lagi yang harus kusalahkan atau kusesali
Kecuali…,
Saat mengetahuimu menjadi penguntit sejati
*
Sudahlah, buat apa?
Membuntutiku tak ada guna
Hanya menyisipkan sedih di hati
Hanya menyusupkan nelangsa sendiri
*
Jangan pula katakan menyesali
Keputusan bulat yang menjadi janji
*
Apa guna?
Sudah, lupakan saja
Pergi, hapus jejak segala kenangan
Biar berlalu bersama butir-butir hujan
*
Karang, 4 Mei 2013, bakdal Magrib
Puisi Karya @phijatuasri - http://lariksyair.blogdetik.com
Mengenalmu kala itu
Sebelum kau menguntitku
Adalah sebuah pintu kegembiraan untukku
Berbagi kisah konyol juga lucu
Selama kita sama bertualang, menaklukkan waktu
*
Selalu ada kagum untukmu
Mendengar segala cerita indahnya Indonesiaku
Lewat bingkai-bingkai indah foto perjalananmu
*
Tlah banyak kaucapai puncak gunung
Tlah ribuan kilometer jalan kauarung
Aku? Satu di antara sekian banyak pendukung
*
Tak ada hak menjadi penghalang
Kar’na aku pun suka bertualang
Jadilah kita sama merdeka
Bebas berkisah, semua apa adanya
*
Berlalunya waktu
Sudah cukup membuatku mencintaimu
Tapi, aku tak ingin lebih dulu
Ingin kau saja yang mengatakan itu
*
Berhasil, kau datang padaku
Dengan sebuah impian, menggebu
Menikah, kata itu terngiang jelas di rongga telingaku
Terkesiap mendengarmu berkata begitu
Baiklah, kalau jodoh pasti bertemu
*
Sejak itu kita sama berusaha
Memulai sebuah cinta
Bertahan meski apapun mendera
Hampir dua warsa lamanya
*
Hingga sesuatu terjadi….
*
Kaubilang tak mungkin lagi
Memperturutkan kata hati
Katamu, “Sudah waktunya aku pergi”
Tercenung aku; berat, tetapi mengamini
Meluluskan permohonanmu, Kekasih hati
*
Maka tak ada lagi yang harus kusalahkan atau kusesali
Kecuali…,
Saat mengetahuimu menjadi penguntit sejati
*
Sudahlah, buat apa?
Membuntutiku tak ada guna
Hanya menyisipkan sedih di hati
Hanya menyusupkan nelangsa sendiri
*
Jangan pula katakan menyesali
Keputusan bulat yang menjadi janji
*
Apa guna?
Sudah, lupakan saja
Pergi, hapus jejak segala kenangan
Biar berlalu bersama butir-butir hujan
*
Karang, 4 Mei 2013, bakdal Magrib
Puisi Karya @phijatuasri - http://lariksyair.blogdetik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar