Teduh suara gerimis di sini. Meski teletiknya riuh mengingatkan waktu. Berhitung-hitung tentang kepergian sebentar ragu.
Entah. Hendak ke mana rindu kali ini melayari waktu demi waktu.
Rentangan musim labuh terlampau jauh dari penghujung. Sesekali singgah untuk meratap dengar kertak-kertak yang gagu.
Aku perlahan melepas rengkuh, “Tak apa.”
Sebuah pagi akan kembali. Burung-burung tetap sumringah mematuk biji-biji cahaya di mata langit-langit yang suwung.
Aku bisa apa? Bila aku sudah mencuri-curi wangimu di antara harum tempias yang jatuh.
Tetapi rupanya diam-diam puisimu lebih dulu menuliskan gerimis yang menyimpan warna ngilu.
Aku pasti terbiasa tanpamu.
Sunyi mulai berhitung. Satu – dua –tiga… hingga tiba kapal sang waktu. Pelupuk hujan tak sempat lagi memberangus.
Puisi karya @_bianglala - http://pelangiaksara.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar