Bung, Sahajamu perlahan terbaca dari sebalik bingkai lensa Mereka bilang, kau, “Om Kacamata” sebagian lagi menyandangkan gelar, “Gandhi of Java”
Tulusmu terbingkai di sana menjadi sahabat bagi sesama Tiada sekat budaya, ras, geografis, atau agama semua kau rengkuh, seperti sahabat sejatinya
Tiada lebih kau harap, satu asa yakni bangsamu merdeka Berdikari dengan segala pusaka tersimpan di bumi Nusantara
Bung, Teguhmu perlahan terbaca dari selarik janji setia, “Takkan saya beristeri, jika Indonesia belum merdeka” Hatimu masih terpaut pada revolusi Jiwamu masih tertambat pada pengokohan organisasi Begitulah engkau berjuang, berdiplomasi merentang tanpa jeda, tanpa henti
Bung, Kau, sosok muslim sejati begitu cinta kepada keempat isteri: Indonesia, rakyatnya, buku, dan Rachmi
Tiada kami lupa padamu, kekasih hati Separuh Dwi Tunggal yang memelihara cinta suci seutuhnya … untuk kami, untuk negeri Maka, biarkan jiwamu tetap lekat di hati seperti butiran hujan, sumber inspirasi Meski waktu telah bergulir terlampau jauh takkan lekang sejarahmu, takkan luruh
-kaki Merapi, 3 April 2014, jelang tengah malam-
Puisi karya @phijatuasri - http://lariksyair.blogdetik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar