Lukisan Salvador Dali - Burning Giraffes and Telephone |
Betapa jarak itu seperti halnya ladang gurun lengang yang tandus, sayang,
Mampu membakar kepala-kepala sekawanan jerapah yang berlari-larian.
Jerapah yang taklain ejawantah dari segenap asa yang tak bosan memanjangkan leher, dan lantas mendongakkan ke langit sebagai doa
: harapan bagi sua yang tak kunjung tiba.
Dan dari tubuhmu yang tak lekang dituakan waktu,
Tubuh yang senantiasa menari dalam ingatanku yang nyalang, telanjang, hanya berbalut kata-kata rindu yang tipis; menutupi kaki-kaki jenjangmu menujuku.
(kata-kata itu yang pada akhirnya menumbuhkan sulur-sulur tanya dari tungkai mataku)
“Tidakkah kau rindu pada pendar mataku, sayang, mata yang justru lebih rewel dari bibirku, mengatakan betapa aku mencintaimu?”
Sulur-sulur tanya itu semakin memanjang, membelit-belit tubuhmu dalam ingatanku.
Tetapi siapalah aku?
Menunggumu sampai musim bersua tiba.
Ah, siapalah aku?
Aku, aku hanya kotak-kotak kayu tempat kesahmu luruh,
tempat sejumput pelukan tumbuh menjadi buah-buah angan.
Aku hanya kotak kayu!
Rapuh, termakan rayap-rayap waktu. Menunggumu.
Sementara kau, entahlah di mana,
mungkin masih berdansa dengan jerapah-jerapah yang kau bakar kepalanya.
Puisi Karya @acturindra - http://senjasorepetang.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar