Mengambang-melayang aku di dadamu
Enggan jatuh enggan menyentuh
Matamu, hatimu yang
Buta, beku
Adalah aku yang selalu rindu
Cakap jemarimu meramu
Abjad terserak di atas kertas abu-abu
Kepalamu berisi kata-kata luar biasa hingga
Aku tak memiliki kesempatan untuk
Menyusup-merayapi kepalamu bahkan
Untuk sekadar memperkenalkan diri
Lengan-lenganmu lalu kulirik sebagai instrumen manis
Entah sebagai tempatku berdiam atau
Wahana tempatku mati nanti
Aroma surga sudah
Terangkum di kilau emas pena –jarummu
Tentang cinta, aku menyerah-kalah dan tentang
Usaha untuk terlihat olehmu, aku menyerah-lelah
Limbung ragaku dalam dadamu adalah saksi betapa
Irama rasaku tergantung irama jemarimu apalagi ketika
Saatnya nanti, aku dan kata-kata seharusnya tercetak di
Atas kulitmu berbentuk sebuah nama
Namaku
Enggan jatuh enggan menyentuh
Matamu, hatimu yang
Buta, beku
Adalah aku yang selalu rindu
Cakap jemarimu meramu
Abjad terserak di atas kertas abu-abu
Kepalamu berisi kata-kata luar biasa hingga
Aku tak memiliki kesempatan untuk
Menyusup-merayapi kepalamu bahkan
Untuk sekadar memperkenalkan diri
Lengan-lenganmu lalu kulirik sebagai instrumen manis
Entah sebagai tempatku berdiam atau
Wahana tempatku mati nanti
Aroma surga sudah
Terangkum di kilau emas pena –jarummu
Tentang cinta, aku menyerah-kalah dan tentang
Usaha untuk terlihat olehmu, aku menyerah-lelah
Limbung ragaku dalam dadamu adalah saksi betapa
Irama rasaku tergantung irama jemarimu apalagi ketika
Saatnya nanti, aku dan kata-kata seharusnya tercetak di
Atas kulitmu berbentuk sebuah nama
Namaku
Puisi Karya @ManDewi - http://takhanyacinta.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar