Rabu, 16 April 2014

Dua Kita

Sedikit hening berlabuh tetiba di antara duduk dua kita Tak beriak sedikitpun air muka, tiada teriak seperti biasa Dua kita pernah saling cinta Tapi, rasanya tertinggal sisa segelintir asa Mungkinkah dua kita menyerah pada hening tercipta?

Sedikit hening berlabuh tetiba di antara duduk dua kita Seolah hadirnya memberi jeda tentang rasa, tentang beda, tentang padu padan dua jiwa Lalu sebaris tanya sekonyong mengudara, “Untuk apa kita mau bersama, jika nyatanya beda?”

Apa dua kita tak patut bersama hanya karena jarak, status sosial, profesi: beda (?) lalu menyerah pada hening membatasi suara

Adalah dua kita sebisa-bisa duduk bicara tentang rasa, tentang beda, tentang padu padan dua jiwa Sedari mula, dua kita memang beda Tapi, bukan untuk dicari di mana salahnya

Katakan dan akui jika kita pernah salah Lalu biarkan dua hati meremah Mengikhlaskan, menjadikannya begitu mudah

Katakan dan akui jika kita pernah tak mesra Lalu biar erat genggam jemari, dua kita memperbaiki Biar mudah dua kita berjalan melaluinya, padang ilalang penuh liku luka

Sedikit hening ini membiarkan dua kita duduk berpikir tentang beda tak kunjung akhir tapi, bukan untuk menyerah pada takdir Sedari mula, dua kita memang beda Tapi, bukan untuk dicari di mana salahnya

-kaki Merapi, 13 April 2014, di pagi sunyi-

Puisi karya @phijatuasri - http://lariksyair.blogdetik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar