Selasa, 08 April 2014

Di Sana

Teduh suara gerimis di sini. Meski teletiknya riuh mengingatkan waktu. Berhitung-hitung tentang kepergian sebentar ragu.

Entah. Hendak ke mana rindu kali ini melayari waktu demi waktu.

Rentangan musim labuh terlampau jauh dari penghujung. Sesekali singgah untuk meratap dengar kertak-kertak yang gagu.

Aku perlahan melepas rengkuh, “Tak apa.”

Sebuah pagi akan kembali. Burung-burung tetap sumringah mematuk biji-biji cahaya di mata langit-langit yang suwung.

Aku bisa apa? Bila aku sudah mencuri-curi wangimu di antara harum tempias yang jatuh.

Tetapi rupanya diam-diam puisimu lebih dulu menuliskan gerimis yang menyimpan warna ngilu.

Aku pasti terbiasa tanpamu.

Sunyi mulai berhitung. Satu – dua –tiga… hingga tiba kapal sang waktu. Pelupuk hujan tak sempat lagi memberangus.

Puisi karya @_bianglala - http://pelangiaksara.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar