Jumat, 25 April 2014

Kisah dari Langit

Kurasai dalam puisimu. Menjunjung langit. Kisah langit berbeban rindu-rindu para penyair. Mereka terlalu banyak menulis kisah-kisah jenuh. Hingga langit terasa berat seolah hendak jatuh.

Maka dijatuhkannya air. Merupa hujan. Tempias basah menyentuh kaca jendela seorang kenya. Dia menghembuskan nafas berkabut menyamarkan nama kekasihnya ditulis gelisah. Disampaikannya puisi cinta.

Maka dijatuhkannya api. Merupa kilat-kilat. Bukan amarah dewa Zeus. Sang kenya berbicara tentang cemburu. Pada bunga-bunga indah di taman lain yang disambangi oleh kekasih. Langit pun menjauh dari rengkuh puisi.

Maka dijatuhkannya udara. Menghidu. Merupa wangi-wangi kekal rindu. Maka dihirupnya pelan. Diembus tak cekat. Kekasih sudah di dekatnya.

Maka dijatuhkannya tanah. Merupa abu. Dibawa oleh kabar-kabar burung dari negeri selatan. Membisikkan kerisik di sela jemari kaki. Menjejakkan nama rupa-rupa ragu. Ditanamlah sudah segala puisi ketabahan.

Inilah kisah langit itu. Hilir dongeng-dongeng sekadar penyair. Tinggal pada tingkap. Berguru pada doa-doa. Mereka teramat tabah.

Puisi karya @_bianglala - http://pelangiaksara.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar