Selasa, 16 April 2013

Sang Pengeja Rindu

Aku telah mengingatmu sepagi ini,
Sebagai matahari membangunku untuk bergegas pergi,
Bukan sebagai embun yang diam-diam lenyap tak tahu diri,
Bukan pula sebagai air yang meluap di bak mandi.

Sebab mengingatmu, ruah sudah segala tumpah,
Bahkan sampai tak kubiarkan sekujur tubuhku basah,
Aku hanya tak ingin mimpi dalam pelukanmu hilang dalam resah,
Hanya dengan begitu hatiku dan hatimu bisa menyamakan langkah.

Ada debar yang datang samar-samar saat mengingatmu,
Adalah sengaja lupa mandi pagi saat kau datang membawa rindu,
Tak rela bayanganmu berlalu saat tubuhku bukan wangi alamiku,
Dengan begitu, kau mengingatku dalam pelukan terakhirmu — dulu.

Di sini, rinduku kembali menantimu dari jauh,
Di sana, kau masih ragu melempar sauh,
Lalu, akankah rinduku kembali tersungkur dan jatuh?
Entahlah! Hanya waktu dan pelukanmu yang tak kenal rapuh.

Di pulauku, rindu menjejak di pasir putih,
Di seberang, rindumu menjejak jalanan riuh dalam serpih,
Bukan jejak yang sama dalam ombak berbuih,
Tapi hati berbeda dalam luka yang beranjak pulih.

Kupasrahkan pada waktu agar rindu tak menjelma ragu,
Pun kau yang sama-sama merindu,
Menjaga asa dalam rasa percaya yang mengharu biru,
Berharap menuntaskan rindu dalam satu titik temu,
Di suatu waktu.

Mataram, 13 April 2013 (09:09 Wita)

Puisi Karya @momo_DM - http://bianglalakata.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar