Rabu, 24 April 2013

Telanjang Kerapuhan

Foto by Jamie Baldridge
Tahukah kamu rasa sang kesepian yang berulang kali membaca seraut puisimu — membuat kegaduhan dalam sangkar ingatan tak hendak penyangkalan. Pun pendar mesin-mesin waktu berlompatan pernah mencuri; mencari-cari tepat masa temu yang denyar.

Tiba-tiba menguak pernah disebut rindu. Berlompatan dentum dari dada berdinding batu ke dinding batu — terhenti pada aksara terakhir, menakik pilu yang tak terlalaikan, meluntahkan ngilu dimampatkan kebas rasa.

Kini di mana kausembunyikan remah-remah cangkang penyesalan?

Semoga tidak di kepalamu, biar beda yang tumbuh. Seumpama sangkar-sangkar burung rapuh, mengapit tali jahit yang menali-pitakan ingatan dengan deguban.

Aku menandai pilu dalam diam tubuhku, dengan telanjang kerapuhan. Memangku doa-doa. Sesekali memecahkan cangkang waktu, menengok adakah lalaimu mampat di situ.

Sungguh, tiada kepuraan tersaji dari rapuh meja dan kursi kayu tempatku duduk dalam kesendirian tanpamu.

Puisi Kolaborasi Karya @dzdiazz dan @_bianglala - http://pelangiaksara.wordpress.com dan http://aksaralain.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar