Sabtu, 13 April 2013

Meruah

Tabir itu kini 
Menyingkap satu misteri 
Ketika bait mengajariku mencicipi 
Kisahmu berangsur sepi 
Tak ada cakap terpecah 
Yang kulihat hanya rona bercampur, meruah 
Tumpah… 
Di sepanjang bibir merah 
Tak lagi kukenali engkau 
Tak jua kudapati napasmu sengau 
Hanya meruah satu risau 
Terbaca dari dua binar matamu, galau 
Tidakkah kaurasa angin pun mendesau 
Merayapi lekuk tubuhmu yang kini kacau? 
Duhai, apa yang sedang terjadi? 
Melihatmu berdendang sendiri 
Dalam ramai yang kaupikir sunyi 
Meruah gulana itu kembali 
Terbayang olehku wajah kanak-kanak kita 
Polos, lugu, bersahaja 
Beribu sayang waktu merusaknya 
Satu sahabat kita sesat oleh candu narkotika 
Kau, ingatkah padanya? 
Kini, lihat dirimu 
Terbujur lemah lesu 
Sesekali mengejang hingga kaku 
Menahan dera sakitmu 
Yang mereka sebut-sebut sakaw itu 
T’lah meruah lara raga dan batinmu 
Berhentilah, usah lagi lakukan itu 
Dengarkan, jikalau memang kau masih sahabatku 
Berhenti…, berhentilah…. 
Cukup, sudahilah…. 
** 

-Karang, 12 April 2013-

Puisi Karya @phijatuasri -  http://lariksyair.blogdetik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar