Selasa, 16 April 2013

Waktu

Almanak itu sudah menua sendiri tergantung pada dinding luka lapuk

Dari waktu ke waktu
ada yang masih bermain hujan
menari membasuh cucuk stigmata penebusan
sebab reda hujan sore, tanah lapang berganti warna baru.

Dari waktu ke waktu
sisa hujan melepas serbuk debu menyembur di penghujung musimnya.
– melukai mata mengusap pedih keraguan.

Dari waktu ke waktu
Aku bertatap pandang pada almanak itu.
tak hendak berhitung; tak ingin menunjuk
Almanak itu menungguku;
Aku menantinya berganti baru.
tanpa lelah

Dari waktu ke waktu
hingga tiba almanak tua dan bisu pada dinding luka lapuk mengataiku: “kau lupa mandi pagi, kepala batu.”

Puisi Karya @_bianglala - http://pelangiaksara.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar