Bangunlah, Lelakiku.
Mumpung hari masih mengkal belum matang digantang siang. Lupakah kau selalu ada aku yang sedang menunggumu bangkit dari ranjang?
Atau kau ingin aku menerjang ke arahmu, menindih, lalu mencumbumu seperti di film-film romansa itu?
Kau siapkan saja alasan agar tak usah berangkat kerja. Kita bisa duduk di halaman belakang sambil menontoni drama pagi di sepanjang gang rumah kita atau seharian bercinta di tempat-tempat yang tak terjangkau oleh mata bahkan oleh milik Penjaga Pagi?
: terserah inginmu
Dengar,
aku sudah menjerang air untuk menyeduh kopi, membuatkanmu roti lapis isi keju leleh, yang ditumpuk di atas selada dan tomat merah rekah basah oleh embun. Dan anggur merah sebagai penutup yang akan kusuapkan langsung ke mulutmu dengan mulutku yang merindu.
Ayolah, bangun!
Matahari sudah tak malu-malu lagi membuat terik dan gerah hingga peluhku netes-netes di leher dan punggung. Yang kau selalu katakan aku seksi ketika begitu.
Aku tahu kau bohong,
mana mungkin perempuan kecut yang telat mandi bisa seksi?
Tapi, bukalah matamu sekarang juga.
Temani aku melukis pagi sekaligus membusak ingatan tentang kelamnya malam tadi. Aku sudah menata dengan warna biru semu abu-abu di langit-langit rumah, menunggu awan-awan kapas itu benar-benar matang lalu menjadi hujan.
…
lalu kau dan aku,
nari-nari nyanyi seperti kanak-kanak abadi.
Bangunlah sekarang atau…
mulai besok akan lebih mudah bagiku mengabaikanmu saja.
Tak lagi melewatkan pagi dengan episode-episode kejutan sebagai bekal cerita kita di malam berikutnya.
Puisi Karya @melcorner ~ http://jejakmelctr.wordpress.com
Mumpung hari masih mengkal belum matang digantang siang. Lupakah kau selalu ada aku yang sedang menunggumu bangkit dari ranjang?
Atau kau ingin aku menerjang ke arahmu, menindih, lalu mencumbumu seperti di film-film romansa itu?
Kau siapkan saja alasan agar tak usah berangkat kerja. Kita bisa duduk di halaman belakang sambil menontoni drama pagi di sepanjang gang rumah kita atau seharian bercinta di tempat-tempat yang tak terjangkau oleh mata bahkan oleh milik Penjaga Pagi?
: terserah inginmu
Dengar,
aku sudah menjerang air untuk menyeduh kopi, membuatkanmu roti lapis isi keju leleh, yang ditumpuk di atas selada dan tomat merah rekah basah oleh embun. Dan anggur merah sebagai penutup yang akan kusuapkan langsung ke mulutmu dengan mulutku yang merindu.
Ayolah, bangun!
Matahari sudah tak malu-malu lagi membuat terik dan gerah hingga peluhku netes-netes di leher dan punggung. Yang kau selalu katakan aku seksi ketika begitu.
Aku tahu kau bohong,
mana mungkin perempuan kecut yang telat mandi bisa seksi?
Tapi, bukalah matamu sekarang juga.
Temani aku melukis pagi sekaligus membusak ingatan tentang kelamnya malam tadi. Aku sudah menata dengan warna biru semu abu-abu di langit-langit rumah, menunggu awan-awan kapas itu benar-benar matang lalu menjadi hujan.
…
lalu kau dan aku,
nari-nari nyanyi seperti kanak-kanak abadi.
Bangunlah sekarang atau…
mulai besok akan lebih mudah bagiku mengabaikanmu saja.
Tak lagi melewatkan pagi dengan episode-episode kejutan sebagai bekal cerita kita di malam berikutnya.
Puisi Karya @melcorner ~ http://jejakmelctr.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar