Tabir itu kini
Menyingkap satu misteri
Ketika bait mengajariku mencicipi
Kisahmu berangsur sepi
*
Tak ada cakap terpecah
Yang kulihat hanya rona bercampur, meruah
Tumpah…
Di sepanjang bibir merah
*
Tak lagi kukenali engkau
Tak jua kudapati napasmu sengau
Hanya meruah satu risau
Terbaca dari dua binar matamu, galau
*
Tidakkah kaurasa angin pun mendesau
Merayapi lekuk tubuhmu yang kini kacau?
*
Duhai, apa yang sedang terjadi?
*
Melihatmu berdendang sendiri
Dalam ramai yang kaupikir sunyi
Meruah gulana itu kembali
*
Terbayang olehku wajah kanak-kanak kita
Polos, lugu, bersahaja
Beribu sayang waktu merusaknya
Satu sahabat kita sesat oleh candu narkotika
Kau, ingatkah padanya?
*
Kini, lihat dirimu
Terbujur lemah lesu
Sesekali mengejang hingga kaku
Menahan dera sakitmu
Yang mereka sebut-sebut sakaw itu
*
T’lah meruah lara raga dan batinmu
Berhentilah, usah lagi lakukan itu
Dengarkan, jikalau memang kau masih sahabatku
*
Berhenti…, berhentilah….
Cukup, sudahilah….
**
-Karang, 12 April 2013-
Puisi Karya @phijatuasri - http://lariksyair.blogdetik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar