Pada akhirnya, rupa-rupa itu hanyalah pura-pura belaka. Bagian-bagian tubuhmu bersembunyi di balik bola matamu, meracuniku lewat gelombang-gelombang tak kasat, hingga aku jatuh pada jatah yang bukan milikku. Biarlah aku yang menanggungnya, menunggang pada permainanmu yang tak pernah main-main.
Akulah yang senantiasa memainkan gitar, bersama rembulan yang telah kau perangkap dalam durasi permainanmu. Kami meninabobokan setiap luka yang kau perjudikan bersama topeng-topeng, yang kau ombang-ambingkan di ambang jendela kamarku.
Yang patut disalahkan, sayang, hanyalah kepandiran berlendir yang menyelimuti otakku: mencintaimu.
Puisi Karya @aa_muizz - http://butirbutirhujan.wordpress.com
Akulah yang senantiasa memainkan gitar, bersama rembulan yang telah kau perangkap dalam durasi permainanmu. Kami meninabobokan setiap luka yang kau perjudikan bersama topeng-topeng, yang kau ombang-ambingkan di ambang jendela kamarku.
Yang patut disalahkan, sayang, hanyalah kepandiran berlendir yang menyelimuti otakku: mencintaimu.
Puisi Karya @aa_muizz - http://butirbutirhujan.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar