Jangan bersedih!
Meski kau tak menjulang tempat angin bertindih,
urung menjadi rumpun tempat bersinggungan segala perih,
kau mulia dengan gempal dagingmu yang putih.
Sabarlah!
Dengan teriris-iris, bukan berarti kamu kalah.
Kesucian pengorbanan tak pernah punah.
Jadi, jangan pernah menyimpan segala serapah.
Hilangkan nyeri perih!
Saat kau direbus dalam air mendidih,
pahitmu akan hilang,
mulut kami akan menyambutmu riang.
Terimalah takdirmu!
Kudapan santan dan segala bumbu, mereka penyempurnamu.
Bersama sebakul nasi dan ikan asin bertautan,
Kalian santapan paling melenakan.
Sesuap-dua, masuk ke mulut kami.
Sekalori-dua, menjadi cadangan energi,
untuk kami berlari,
berlomba mendapat rida Ilahi.
Surabaya, 19 April 2013
Puisi Karya @aa_muizz ~ http://butirbutirhujan.wordpress.com
Meski kau tak menjulang tempat angin bertindih,
urung menjadi rumpun tempat bersinggungan segala perih,
kau mulia dengan gempal dagingmu yang putih.
Sabarlah!
Dengan teriris-iris, bukan berarti kamu kalah.
Kesucian pengorbanan tak pernah punah.
Jadi, jangan pernah menyimpan segala serapah.
Hilangkan nyeri perih!
Saat kau direbus dalam air mendidih,
pahitmu akan hilang,
mulut kami akan menyambutmu riang.
Terimalah takdirmu!
Kudapan santan dan segala bumbu, mereka penyempurnamu.
Bersama sebakul nasi dan ikan asin bertautan,
Kalian santapan paling melenakan.
Sesuap-dua, masuk ke mulut kami.
Sekalori-dua, menjadi cadangan energi,
untuk kami berlari,
berlomba mendapat rida Ilahi.
Surabaya, 19 April 2013
Puisi Karya @aa_muizz ~ http://butirbutirhujan.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar